VILLA DEWASA || Sudah enam bulan
berlalu, tanpa ada satu orang pun yang tahu, hanya barangkali pembantu rumah tangga
yang mencium sesuatu diantara kami berdua.
Oom Marno pandai memainkan sandiwara dalam
pergaulan sehari-hari di rumah. Dia memperlakukanku secara wajar, dihadapan
rekan kostku yang lain maupun dihadapan istrinya.Jika tidak ada kuliah dan rumah kosong
(kecuali pembantu), dia hampir selalu memuaskan hasratku. Dan untuk keamanan, aku selalu mempunyai
stock kondom di lemariku yang selalu terkunci (walaupun pembelian kondom ini
selalu menjadi masalah tersendiri bagiku, karena aku masih malu untuk membeli
alat kontrasepsi tersebut).
Nani (bukan nama sebenarnya) adalah teman karibku
yang tinggal sekamar denganku yang saat ini entah berada dimana, karena sejak
kami lulus sarjana 15 tahun yang lalu, kami tidak pernah berhubungan lagi.
Pada suatu
hari Nani pulang dari kuliah. Seperti biasanya tanpa ketuk pintu dia langsung
masuk ke kamar. Ketika itu aku terbangun dari tidurku.
Nani langsung mencopot sepatu dan mengganti
pakaiannya dengan celana pendek dan t-shirt yang ketat. Dia memang tampak sexy
dengan pakaian itu, buah dadanya tampak membusung, ditambah wajahnya yang
cantik, aku yakin banyak pria yangmenyukainya.Dia tiba-tiba mengambil sesuatu dari
pinggir bantal yang kupakai, aku terkesiap ketika mataku melirik barang yang
baru diambilnya.Jantungku hampir copot rasanya.
Lin,
ini punya siapa..? matanya melotot, mulutnya terbuka penuh kekagetan.Aku tidak dapat menjawab, aku masih
mencoba menenangkan hatiku.
Di ujung jarinya masih dipegangnya kondom bekas
pakai yang ujungnya masih berisi cairan putih.Memang ini kecerobohanku,
biasanya sehabis melakukannya selalu kubungkus tissu dan kusimpan di tas atau
lemari. Tapi kali ini aku ketiduran sehingga lupa mengamankan benda berharga
itu.
Kamu begitu Dengan pacarmu..?Aku hampir mengangguk, tetapi mulutku berbicara lain, Oom Marno.. jawabku pendek.
hebat sekali kamu, ceritain dong, aku pikir kamu alim, sungguh mati aku
nggak nyangka kalau kamu juga udah pinter.Kamu curang, aku selalu jujur dan cerita
apa adanya sama aku.
Eh nggak taunya pengalamanmu lebih hebat dariku, Nani terus menerocos
sambil merebahkan tubuhnya di sampingku, Sudah berapa kali kamu sama Oom Marno..? ( Aku
memaklumi protes dan rasa penasarannya, karena Nani selama ini selalu terbuka denganku. )
Dia selalu menceritakan hubungaan sex-nya dengan pacarnya sedetil-detilnya ,
dari ukuran penis sampai posisi pada saat melakukannya. Sedangkan aku sama
sekali tidak pernah menceritakannya karena rasa malu, karena kulakukan justru
tidak dengan pacarku tetapi dengan laki-laki yang seumur dengan pamanku.
Sejak saat itulah aku mulai menceritakan aktifitas sexual kami kepadanya, aku
ceritakan bagaimana pengalaman pertamaku yang tanpa rasa sakit dan tanpa darah,
bagaimana Oom Marno mengajariku dan membimbingku dengan penuh kesabaran .
Dan kuceritakan pula bagaimana induk semangku itu begitu perkasanya di
atas ranjang, bahkan beberapa kali aku mengalami orgasme lebih dari satu kali.
Pernah suatu kali aku ceritakan pengalaman yang tidak kulupakan hingga
sekarang (kini aku sudah mempunyai dua orang anak yang sudah besar-besar),
yaitu ketika kami hanya berdua, aku dan Oom Marno bercinta di atas sofa ruang
tamu. Sungguh pengalaman yang fantastis.
Dia duduk bersandar ke sofa, sedangkan aku
dalam posisi duduk atau lebih tepatnya jongkok di pangkuannya menghadap ke
arahnya,kelamin kami menjadi satu, saling mengisi, saling menggesek dan
menekan, menjepit danmenggoyang.
Dan hubungan intim kami akhiri dengan
rintihan panjangku di pojok karpet di bawah meja tamu, sungguh pengalaman yang sangat hebat sampai kini pun aku selalu
mengkhayalkannya dan mengimpikannya.
Hingga suatu saat Nani mengusulkan seuatu yang membuatku termenung, Memang pada awalnya usulannya masih bersifat gurauan, tetapi akhir-akhir ini ia
semakin mendesakkan kemauannya, bahkan sambil bergurau ia mengancam akan membeberkan kisahku ini ke pacarku.
Aku butuh waktu seminggu untuk menimbangnya, aku belum rela untuk
berbagi cinta dengan kawanku ini, tetapi lama-lama aku tergelitik, apalagi Nani
selalu membujuk dan mengkhayalkan keindahannya bagaimana kalau kami melakukan
hubungan sex bertiga.
Dan akhirnya aku pun menyetujuinya, seperti yang sudah kuduga sebelumnya,
Oom Marno tidak keberatan dengan gagasan ini, Dan dipilihnya waktu yang paling
tepat, yaitu ketika istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di Jawa Tengah.
Dan tempat yang telah disepakati adalah di kamar tidurnya bukan di kamarku, Kamarnya ada di rumah induk, sedang kamarku ada di Paviliun yang memang
disediakan untuk indekost.
Sekitar jam sembilan malam, ketika teman kost lain sudah masuk kamar
masing-masing, Aku pun masuk ke kamar Oom Marno tanpa satu orang pun yang
melihat, Oom Marno yang sudah menunggu sambil nonton TV di kamar menyambutku
dengan dekapan dan ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling kamar, sebuah
kamar yang luas, indah dan mengagumkan, kamar yang tidak kalah dengan sweet
room di hotel berbintang lima.
Inilah pertama kali aku melihat kamarnya, diam-diam kukagumi taste
istrinya dalam menata kamar yang begitu indah dan mengagumkan, Tidak berapa lama kemudian Nani datang
menyusul, terlihat kecanggungannya, hilang sifat lincahnya, Kubimbing dia ke
arah Oom Marno, Oom Marno memeluk Nani dan mencium pipinya.
ecanggungan dicairkan oleh Oom Marno dengan obrolan ringan dan gurauan
kecil. Karena kulihat baik Oom Marno maupun Nani masih sungkan untuk
melakukannya, maka aku pun berinisiatif untuk memulainya.Kubimbing Oom Marno ke
tempat tidurnya yang sangat luas, kucumbu dan kucium dia.
Kami berciuman, saling mengelus cukup lama dan birahiku mulai naik
ketika tangannya meremas dengan lembut buah dadaku, Kulihat Nani masih duduk
pasif di ujung tempat tidur memperhatikan kami. Kulepas pelukanku dan kutarik
tangan Nani ke arah kami, dan ia segera masuk ke dalam rengkuhan Oom
Marno, walaupun birahiku sudah mulai bangkit, tetapi kugeser posisiku untuk
memberi kesempatan pada Nani menikmati ciuman dan belaian Oom Marno.
Nani terlihat sangat bernafsu, apalagi ketika buah dadanya yang sexy
diremas-remas oleh Oom Marno, Tubuhnya menindih tubuh Oom Marno dengan posisi
miring memberi kesempatan buah dada kirinya untuk diremas, dua belah pahanya menjepit
paha kanan Oom Marno, bahkan dari gerakan pinggulnya aku yakin Nani sedang
menggesekkan selangkangannya di paha Oom Marno.
Kuhampiri Nani, kubuka resleting di punggungnya, ia menghentikan
kegiatannya untuk memberikan kesempatan aku melepas pakaiannya, dan dalam
sekejab dia sudah telanjang bulat, seperti diriku dia juga tidak mengenakan BH
maupun CD.
Tubuhnya memang indah dan aku selalu mengagumi tubuhnya itu, karena
sebagai teman sekamar, aku sudah terbiasa melihat kepolosannya itu, Hanya ada
satu hal yang belum pernah kulihat, yaitu bibir bawahnya tampak sedikit
membengkak dan warna kemerahan membayang di balik rambut kemaluan yang tidak
terlalu lebat.
Oom Marno segera meraih kedua buah dadanya untuk mencium sekaligus
meremasnya, Nani tampak menikmatinya dan membiarkan seluruh tubuhnya dinikmati
oleh Oom Marno.
Tangannya kulihat mulai mengelus pangkal paha Oom Marno yang masih
terbungkus piyama.Aku sebenarnya sangat terangsang dengan
adegan itu, apalagi ketika mereka berdua sudah tanpa busana, dan percintaan
mereka makin seru dimana dalam posisi tidur telentang di tengah tempat tidur
yang harum dan mewah.
Oom Marno mempermainkan kelamin Nani dengan lidah dan bibirnya, sedangkan
Nani setengah jongkok di kepala Oom Marno merintih-rintih keenakan sambil
menunduk melihat kemaluannya yang sudah makin membengkak.
Kulepas pakaianku, kurasakan buah dadaku sudah mengeras dan vaginaku
sudah terasa basah, Kudekati penis Oom Marno yang tegak berdiri dengan kepala
yang mengkilat, dikelilingi oleh otot yang kebiru-biruan, sebuah pemandangan
yang bagiku sangat indah.
Kugenggam batang penisnya, kadang kukecup ujung penisnya, Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak
berani memainkannya seperti yang disukainya, Aku tidak menelusuri otot
batangnya dengan lidahku, tidak pula menyedot seperti menyedot es lilin ketika
aku masih kanak-kanak.
Karena aku sadar, bahwa perjalanan masih panjang. Kali ini dia akan
bercinta dengan dua orang wanita muda yang sedang haus-hausnya. Aku takut dia
akan selesai sebelum waktunya.
Ketika Nani mengerang makin keras, dan gerak pinggulnya terlihat makin
tidak terkendali, Oom Marno segera mengakhiri permainan, Dia bangkit dan
membimbing Nani untuk rebah di sampingnya berbantal lengan kirinya, Direngkuhnya aku, sambil mencium bibirku tangan kanannya merangkulku dan
mengelus pungggungku.
Kunikmati permainan lidahnya, kadang lidahnya menjalar dalam mulutku,
kadang lidah kami saling beradu. Kubiarkan tangan Nani ketika dari posisinya
dia mejulurkan tangan untuk ikut meremas buah dadaku, karena menambah kenikmatan
yang kurasakan.Bahkan ketika dia bangkit dan jarinya menyibak bukit kemaluanku
yang sudah basah, aku malah merentangkan kedua belah pahaku lebar-lebar.
Aku sama sekali tidak merasa risih, bahkan sebenarnya aku ingin dia
melakukan lebih dari mengelus klitorisku.
Aku ingin bibir Nani yang sensual itulah yang melakukannya. Tapi itu
tidak dilakukannya.
Oom Marno bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku segera tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa sangat lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya sejak tadi.
Aku memberi kesempatan
Nani untuk melakukannya terlebih dahulu, ia sudah dalam posisi telentang dengan
kaki yang ditekuk dan kedua belah paha terbuka lebar,sehingga dua bukit
kemaluannya terbelah dengan menampakkan semburat magma merah dari celahnya.
Sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah tubuh putih yang mengkilat
karena keringat, buah dadanya yang padat pinggang yang ramping.
Mata Nani
memandang sayu ke arah Oom Marno yang sudah berada di depannya siap melakukan tugasnya.Oom Marno masih menjelajahi tubuh indah
itu dengan matanya sambil tangan mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan
kokoh. Aku tak pernah bosan memandang, entah sudah berapa
kali aku menjamah dan menikmati tubuh lelaki itu.
Aku lah yang tak sabar melihat adegan sejoli ini berlama-lama, kuraih
penisnya dan kutuntun ke arah lubang kawah yang merah menyala, Nani sedikit
mendongakkan kepala ketika ujung kemaluan Oom Marno mulai masuk ke vaginanya,
mulutnya mendesis lembut.
Jika sedang bercinta denganku, Oom Marno selalu memulai dengan tidak
memasukkan penuh, tetapi hanya kepalanya saja, kemudian menancapkan
berkali-kali ke arah atas di belakang klitoris, memutar dan menggoyangnya.
Demikian juga yang dilakukan kepada Nani, kocokan ringan itu membuat
Nani makin mendesis-desis, disertai sapuan lidah di bibirnya sendiri. Lututnya
terlihat bergerak membuka dan menutup kadang-kadang pinggulnya diangkat mencoba
menenggelamkan batang yang mempesona itu, tetapi selalu gagal.
Aku tidak dapat menahan diri, tanganku kuremaskan ke buah dada Nina yang
bergoncang lembut, bahkan lama-lama jari tanganku mengelus-elus klitoris Nani
yang tidak lagi mendesis tetapi sudah merintih-rintih.
Oom masukkan yang dalam.., sampai habis..! ia menghiba sambil tangannya
menekan pantat Oom Marno, Dan dia merintih panjang ketika penis Oom
Marno menancap makin dalam sampai ke pangkalnya, Kulihat di depan mataku
sepasang manusia sedang malakukan persetubuhan, sang wanita sambil mendekap
pasangannya, mulutnya merintih dan mendesis.
Sang lelaki dengan tubuh yang berkeringat mengayunkan pinggulnya ke atas
ke bawah, kadang desis kenikmatan juga terdengar dari mulutnya, Sesekali sang
lelaki dengan mata penuh nikmat menatap kosong kepadaku.
Aku mundur ketika Nani mulai liar, kakinya mendekap tubuh Oom Marno dengan
kencang, pinggul diangkat ke atas seakan ingin menyatu dengan lawan mainnya,
dagunya mendongak disertai lenguhan panjang, Aaahhh Detik-detik indah Nani
telah lewat, beberapa saat Oom Marno masih menindih di atas tubuhnya,
dibelainya rambutnya dan dicium lembut bibirnya.
Sebenarnya pada saat yang sama vaginaku sudah berkedut nikmat, aku
sangat terangsang penuh birahi, tapi aku masih harus besabar beberapa menit
untuk memberi kesempatan Oom Marno mengambil nafas.
Walaupun aku tahu pasti bahwa dia belum berejakulasi.Aku segera turun dari tempat tidur,
kuambil tissue dan kondomku, kubersihkan dengan hati-hati penisnya yang basah
kuyup oleh lendir Nani, Kusarungkan kondom berwarna merah jambu di kemaluannya.
Beda dengan Nani yang tidak menyukai memakai alat itu, dia lebih
menyukai pil KB yang diminumnya secara rutin, karena hubungannya dengan
pacarnya, Kulihat Oom Marno sambil telentang memperhatikan apa yang sedang
kulakukan, mulutnya medesis penuh nikmat ketika penis yang sudah bersarung itu
kukulum dan kusedot.
Dalam nafsuku yang puncak itu, aku merasakan tidak perlu lagi pemanasan, aku
segera memposisikan diri jongkok di atasnya, kamaluan kami sudah berhadapan
nyaris menyentuh.
Aku masih sempat bermain di luar sebentar, sebelum semuanya kumasukkan
sampai ke dasar dinding rahimku, Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya, kuhisap
mulutnya.Kukerutkan otot-otot di dalam vagina untuk mencengkeram penisnya, Bersamaan dengan itu kuputar pinggulku sambil kutarik ke atas sampai ke leher
kemaluannya.
Kemudian dengan cara yang sama kulakukan dengan arah ke bawah, dan
kulakukan berulang-ulang. Ia mengelus dan meremas bokongku, pinggulnya menyodok
vaginaku dari bawah dengan irama yang sudah sangat harmonis.
Posisi ini adalah posisi favoritku (hingga kini). Buah dadaku terhimpit
di dadanya, perutku menggeser-geser perutnya dan desis kenikmatan kami semakin
menyatu.Kurasakan gesekan otot dan kulit penisnya di dalam vaginaku, rasanya
enak sekali, kepala penisnya yang besar yang menyodok-nyodok dinding rahimku
makin menambah kenikmatan yang kualami.
Bagian dalam vaginaku berkedut makin dalam, aku melenguh
panjang, kutepuk pundaknya dan ia segera mengerti untuk menghentikan
kocokannya. Sementara aku juga menghentikan gerakanku dan menikmati kedutan yang
merambah jaringan kemaluanku.
Aku mengalami orgasme ringan, aku tidak ingin permainan cepat selesai,
baru lima belas menit kami bersetubuh, biasanya aku tahan lama sekali, Mungkin
karena aku menonton dan terlalu meresapi permainan Nani tadi, Aku masih menumpuk di atas tubuh Oom
Marno, kemaluannya masih terjepit dalam sekali di dalam kelaminku yang masih
menjalar rasa nikmat.
Oom.., enak sekali, Aku pengen lama, Lamaaaa sekali..! kucium pipinya
dan kudekap tubuhnya, Dan ketika dia mulai mengocokku dengan
ringan dari bawah, segera kutepuk kembali pundaknya, Aaaah, jangan dulu Oom..,
Lani belum turun..Kurebahkan kepalaku di samping kepalanya, kudekap tubuhnya
yang kekar, kuluruskan kakiku sehingga paha kami saling menempel, dengan posisi
ini aku merasa menjadi satu dengannya.
Kemaluannya masih tetap di dalam tubuhku, wajahku berhadapan dengan wajah
Nani yang sejak tadi menonton pertunjukan kami,tangan kirinya meremas-remas
buah dadanya sendiri, sedangakan tangan kanannya menggosok-gosok klitorisnya.
Nani sudah mulai bangkit lagi nafsunya, wajahnya menampakkan kenikmatan mansturbasinya, Menit berikutnya Oom Marno sudah
menggulingkan tubuhku ke samping tanpa melepaskan kesatuan kami, Dan dalam
sekejap tubuh yang mengkilat oleh keringat sudah dihadapanku dengan posisi push
up, kedua tangannya berada di samping tubuhku, kedua kaki lurus dan merapat, Penisnya sangat besar dan keras masih terasa menekan dalam lubang kenikmatanku.
Kulipat kakiku dan kubuka lebar-lebar pahaku, karena aku tahu bahwa Oom
Marno akan segera mengaduk-aduk isi kelaminku dengan alatnya itu, Aku sudah
siap untuk dipuasinya, dan aku pun siap untuk memberikan peyananku, Dia mulai menarik pelan-pelan penisnya,
kuimbangi dengan remasan otot vagina, kurasakan nyeri kenikmatan dari bawah
tulang kemaluanku.
Aaahhh.., aku mulai mendesis, kuputar pinggulku, dan kuremas-remaskan
dan kusedot habis kemaluannya, aku merintih tidak tahan, Oom Marno mendesis, Aku dipompa dengan putaran ke kanan kadang
ke kiri, kadang diulir kadang ditancap lurus ke bawah, Rasa geli dan desiran nikmat makin merambat
di seluruh kemaluanku, Kakiku sudah terangkat tinggi menggapit pinggangnya,
pinggulku selalu melekat erat dengan pinggulnya.
Pangkal kemaluan kami saling melekat, klitorisku bergetar hebat. Oom
Marno mendekapku erat, diciumnya bibirku, nafasnya sudah memburu, kocokan
penisnya menghujam dengan kencang dan dalam, bersamaan dengan itu kedutan
dahsat dalam lubang kemaluanku.
Dia telah memancarkan spermanya.Bersamaan dengan itu kulepas pula keteganganku.
Kutahan jeritan kenikmatanku.
Oom Marno.., oh Aku tergolek lemah di samping Nani yang sedang menuju klimaks
dalam mansturbasinya, Malam yang indah yang sampai kini pun aku sering
melamunkannya.